Senin, Januari 25, 2010

ETIKA BUDAYA NEGARA CINA

Etika Bisnis Orang Wajo dan Orang China

Orang Wajo merupakan bagian dari rumpun suku Bugis sebagai salah satu dari empat suku lainnya di provinsi Sulawesi Selatan yakni Toraja, Makassar dan Mandar, hingga kini tergolong patron budaya yang tetap defensif terhadap etika bisnis dan kewirausahaan yang telah dikenal jauh sebelum masa sekarang.

Fenomena sosial budaya dari kehidupan masyarakat yang memiliki etika bisnis tersebut, sangat menarik untuk dikaji lebih dalam terutama melalui teori antropologi sosial. Hal ini dimaksudkan agar memperoleh gambaran tentang nuansa-komparatif dari eksistensi orang Wajo dalam perbandingannya dengan orang China.

Membandingkan kepiawaian orang Wajo dengan kepandaian dalam berbisnis serta mengembangkan kewirausahaan, akan diperoleh suatu deskripsi mengenai persamaan dan perbedaannya. Bahkan berbagai keunggulan masing masing dalam dunia bisnis, akan menjadi ciri dan karakteristik dalam bidang ekonomi yang dimiliki. Orang Wajo menjalankan aktivitas usahanya karena memperoleh inspirasi. dari kebiasaan para pendahulu mereka.

Dalam pandangan orang Wajo raja-rajanya dahulu telah mengukir berbagai keberhasilan, sehingga nilai-nilai. yang melekat pada diri rajanya, akan menjadi sumber pelajaran. Sikap patuh pada warisan kultural leluhur tersebut, pada gilirannya memperkuat etnisisme, loyalitas afiliatif, ikatan sosio-kultural dan emosional sekaligus tampil sebagai kekuatan penggugah atau motor pengerak.

Sama seperti orang Wajo, orang China baik usahawan maupun birokrat pun mendapat inspirasi dari leluhur mereka terutama ajaran etika dari Kong Hu Chu. Kearifan besar inilah yang menjadi dasar pemikiran dan tingkah laku orang China di seluruh daratan Asia hingga sekarang. Orang China selalu yakin bahkan rasa kasihan pada manusia dan kebajikan bersama dengan kebiasaan etiket yang diajarkan oleh Kong Hu Chu, adalah dasar yang tepat buat semua hubungan dagang.

Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa baik orang Wajo maupun orang China mengembangkan usaha berdasarkan kebiasaan dan keberhasilan para pendahulu mereka.

Dalam pengertian lain bahwa kedua etnis ini masih memiliki ikatan etnisisme, sosio-kultural dan emosional yang sangat kuat dengan orang-orang yang pernah sukses di masa lalu. Berbagai ikatan klasik yang masih dipegang dan dianut hingga sekarang, pada gilrannya semakin diperkuat oleh kecenderungan mencontoh atau meneladani kebiasaan seseorang yang ditokohkan.

Sebagaimana ungkapan lama “ala biasa karena biasa", demikianlah kecenderungan orang Wajo dan juga orang China menanamkan kebiasaan berbisnis pada anak-anak mereka sejak usia dini. Proses pembentukan bakat ini dimulai dari hal-hal yang paling sederhana dan berhubungan dengan profesi apa saja tidak menjadi persoalan sepanjang itu memiliki muatan bisnis di dalamnya.

Efek progresif dari proses pembiasaan dalam berbisnis baik di kalangan orang Wajo maupun orang China bagi sang anak, pada gilirannya akan menciptakan generasi yang mandiri. Dapat dipastikan bahwa kebiasaan hidup mandiri yang ditanamkan sejak awal, akan membawa efek positif yakni akan lahir kelak generasi yang profesional dan memiliki bakat yang memadai dalam dunia usaha (bisnis).

Meskipun demikian, rupanya ada efek lain yang ditimbulkan kemudian yakni lahirnya kecenderungan memilih dunia bisnis sebagai jalan hidup, sebaliknya keengganan untuk menuntut ilmu pada lembaga pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi menjadi sikap mereka.

Di kalangan orang Wajo dikenal sebuah budaya bernama siri, yang dalam tataran praktis dan implementasinya mengandung makna filosofis yang berhubungan dengan etos kerja. Istilah siri telah banyak ditafsirkan oleh para peneliti seperti dipadankan dengan kaya malu, (beachaamd), takut (achroomvalling), malu-malu (verlegent), kehormatan (eergovoel), aib (schande), dan dengki (wangusnt).

Dalam konteks yang lebih luas siri berarti manifestasi budaya dalam hal martabat dan harga diri manusia dalam kehidupan kemasyarakatan. Demikian penting dan berharganya siri tersebut sehingga eksistensi sebagai manusia ditentukan oleh siri ini dan bagi mereka yang tidak memilikinya tidak lebih hanya sebagai hewan. Sebagaimana pernyataan : "Only with siri are we called human, if we have not siri we are not human. That's called, human inform only and the person who is without siri ' is not different from an animal ".

Di kalangan orang Wajo konsep siri secara fungsional merupakan sumber motivasi dan pendorong untuk mengubah, membangun dan memperbaiki nasib individu ataupun kelompok secara kolektif. Jika dihubungkan dengan etos kerja, maka siri yang diinterpretasikan sebagai kehormatan, harga diri dan martabat secara otomatis menjadi kekuatan yang maha dahsyat dalam memberi spirit dan motivasi kepada seseorang dalam bekerja.

Dalam formulasi yang agak berbeda, orang China justru menekankan pentingnya tanggung jawab seseorang baik pada diri sendiri dan yang terpenting adalah mengangkat harkat dan martabat keluarga. Karena itu, yang mendorong mereka gemar bekerja dan berusaha disebabkan karena di atas pundak mereka ada sebongkah tanggung jawab yang diembannya. Solusi alternatif untuk memenuhi tanggung jawab tersebut adalah kerja keras, sekaligus demi persiapan di masa depan.

Bagi orang Wajo yang umumnya menganut agama Islam, semangat berusaha, berbisnis, dan kerja sama serta berbagai aspek bernilai finansial lainnya, dapat dipastikan merupakan refleksi dari sistem ekonomi berdasarkan perspektif Islam. Pengaruh ajaran agama Islam secara fundamental, juga sangat besar pengaruhnya terhadap berkembangnya jenis usaha seseorang. Katakanlah predikat haji bagi seseorang itu dipandang istimewa, otomatis dorongan untuk meraih prestise sosial itu akan mendorong seseorang bekerja giat dalam mengembangkan usaha.

Di kalangan orang China pun tidak banyak berbeda, di mana ajaran Kong Hu Chu hingga sekarang masih menjadi way of life termasuk dalam hal kegiatan perdagangan sekalipun. Kenyataan tersebut terbukti melalui ajaran Kong Hu Chu seperti ungkapan: "pikiran kita terletak di sebelah kiri, sementara kantong kita terletak di sebelah kanan". Makna filosofis dari statement itu yakni anjuran menggunakan pikiran dalam melakukan aktivitas usaha untuk memenuhi kantong tadi.

Kemampuan membaca peluang bisnis dalam dunia usaha secara fundamental, telah menjadi ciri dan karakteristik orang Wajo sejak dulu. Karena itu, tidak mengherankan jika jaringan kerja atau usaha seolah terbentuk dengan mudahnya dalam waktu yang relatif singkat. Kemampuan membaca peluang tersebut tentu saja ditentukan oleh faktor seperti kemauan keras, keberanian menanggung risiko, dan kecenderungan selalu menganggap hidup sebagai tantangan.

Semangat atau spirit seperti itu, menyebabkan seseorang atau kelompok orang yang aktif dalam hal pengembangan usaha mampu membaca peluang yang ada. Peluang tersebut umpamanya menjadikan bantuan keluarga sebagai modal, bantuan famili sesama suku, modal dasar atau warisan, mengawinkan keluarga dan mendekatkan rumpun.

Kecenderungan seperti itu juga dimiliki oleh orang China, ditandai oleh kecenderungan mereka mengembangkan jaringan usaha sesamanya dan jika memungkinkan keluarga dekatnya. Kemudian dalam tataran yang lebih luas kemampuan membaca peluang juga tampak pada kebiasaan mereka menggaet langganan dengan modus menjual murah barang dengan keuntungan tipis tapi lancar.

Falsafah dan prinsip hidup orang Wajo berdasarkan konsep siri, pada dasarnya dapat dianggap sebagai modal utama untuk bekerja atau mengembangkan usaha sekaligus merupakan wujud implementasi tanggung jawab yang diembannya. Ada sebuah prinsip yang dijadikan sebagai modal utama bagi langgengnya solidaritas mekanik di kalangan orang Wajo yakni "sejelek-jelek keluarga, suku dan berbagai produk yang berasal dari kita akan tetap menjadi tanggung jawab yang harus dipikul bersama".

Konsekuensi logis yang ditimbulkan oleh landasan filosofis tersebut, yakni lahirnya kecenderungan mengutamakan keluarga, suku untuk jabatan publik, menentukan mitra dagang, mitra usaha dan yang tidak kalah pentingnya yakni mempertahankan simbol dan atribut kebugisan.

Sebagaimana yang berlaku umum pada semua etnis, orang Wajo dan orang China pun mengembangkan jaringan kerja (network) dalam dunia usaha melalui dua macam strategi. Strategi yang pertama, sifatnya pengembangan ke dalam (internal) yakni mengembangkan jaringan kerja sebatas di lingkungan sesama etnis, sedangkan strategi kedua sifatnya pengembangan ke luar (eksternal) yakni mengembangkan usaha lebih luas di lingkungan luar etnis (lintas etnis atau daerah).

1. Jaringan Sesama Etnis
Kecenderungan menjadikan rekan se-etnis sebagai jaringan kerja, memang merupakan sebuah fenomena wajar yang sulit dipisahkan dengan dinamika perkembangan ekonomi suatu masyarakat secara mikro maupun makro yang menyangkut persoalan negara. Hal ini disadari mengingat proses interaksi sosial antar individu pada suatu masyarakat dalam kategori sederhana berasal dan berawal dari lingkungan sendiri.

Barulah kemudian berkembang ke luar (lintas etnis) seiring dengan dinamika kemajuan ekonomi, ketika disadari bahwa semakin luas jaringan kerja maka semakin besar pula peluang meraih keuntungan yang lebih tinggi.

Jaringan kerja melului modus operandi ke dalam atau sesama etnis, dari dulu hingga sekarang masih menjadi kecenderungan bahkan kebiasaan yang telah mentradisi di kalangan orang Wajo. Tendensi ini pada dasarnya dilatari oleh ikatan sosio-kultural yang masih kental, ikatan etnisitas yang masih kokoh dan ikatan emosional yang masih mengakar.

Kebiasaan orang Wajo menjadikan rekan bisnis berdasarkan identitas etnis tersebut, pada dasarnya juga berlaku bagi orang China baik di negara mereka sendiri maupun bagi perantau yang hidup dan mengembangkan usaha di negeri orang lain.

Kenyataan seperti ini masih didapati dan sering disaksikan dalam kehidupan mereka di Makassar berupa kebiasaan memberi bantuan, baik modal usaha seperti uang dan barang, maupun modal pemikiran tentang strategi mengembangkan usaha ataupun peluang pengembangan jaringan kerja (usaha).

Menganalisa tendensi ini dengan menggunakan. hampiran teori sosiokultural, maka dapat diketahui bahwa faktor penyebabnya berasal dari ajaran Kong Hu Chu yang masih dianut secara hirarkis dan dipraktikkan secara turun-temurun di kalangan orang China hingga sekarang.

Fanatisme kental terhadap ajarannya yang menyangkut pentingnya rasa belas kasihan dan tolong-menolong bagi sesama juga dalam hubungan dagang, oleh orang-orang China ditafsirkan sebagai anjuran untuk kerja sama dalam berbagai hal termasuk dalam bidang pengembangan usaha.

Karena mereka berada dalam konteks dan konsep yang sama yakni doktrin Kong Hu Chu, maka dalam tataran implementasi atau penjabaran ajaran tersebut dijadikan sebagai landasan filosofis dan dasar perilaku di bidang ekonomi. emilih jalur seperti ini.

Kamis, November 19, 2009

TUGAS KOMBIS "SURAT LAMARAN"

Tangerang, 19 November 2009

To
Human Resources Unit
MERPATI AIRLINE

Dear,
Based on your vacancy announcement that I have read on the internet, I knew that there is vacancy in MERPATI AIRLINE. Here with I would like to apply for the position ground handling.
I am 19 years old and I graduated from Transport Faculty, STMT Trisakti, Jakarta, majoring on Air Transportation.
I am working as a cargo compartment 5 mounth based on soekarna-hatta Jakarta. I am responsible for know about all cargo item,how to calculed the cargo and arrange the schedule of freight forwarder. I have a high motivation, good English communication and computer skill, creative, high loyalty, integrity, ready to work hard, and always eager to learn.
Hopefully, you could consider my application and I am looking forward to hearing from you.
Thank You.

Yours faithfully
Dian fatmalanegara, SE

TUGAS KOMBIS CV

CURRICULUM VITAE

Personal Identity:
Name : Dian Fatmalanegara
Place and date of birth : Tangerang, 09 dec 1989
Age : 19 years old
Sex : Female
Nationality : Indonesian
Marital Status : Single
Address : komplek imigrasi blok c19 n0.96 kel.tanah tinggi-TANGERANG
Cellular Phone : 085697743252
E-mail : dian.fatmala@yahoo.com
blog : dian fatmalanegara@blogspot.com

Formal Education:
2007-2011 : STMT TRISAKTI, AIR TRANSPORT JAKARTA
2004-2007 : SMU YUPPENTEK 1 TANGERANG
2001-2004 : SLTP Negeri 2 TANGERANG
1996-2001 : SD Negeri 5 BENGKALIS

experience
visited to Soekarno-Hatta airport

Rabu, November 04, 2009

CONTOH MEMO

Tujuan : Informasi
Analisis audience : HRD (Human resource development)
Ide pokok : Pencarian data pegawai
Media : Memorandum


Contoh memo
MEMO

Kepada : Bpk. Darwanto kasanegara Dari : Dian fatmalanegara
Perihal : Laporan pencarian data pegawai Tanggal : 04-november-2009

Laporan pencarian data pegawai kami sampaikan sebagai terlampir.
Tolong di bantu perihal pencarian data kepegawaian atas nama Dwi angga hikmah nugraha karena data tersebut sedang di butuhkan oleh manajer pemasaran kita.
trimakasih

Rabu, Oktober 28, 2009

TUGAS KOMBIS (cara mendengarkan yg baik )

KOMUNIKASI BISNIS

Mendengarkan
Mendengarkan adalah awal dari semua komunikasi.
‘tidak seorang pin jujur dalam semua ucapannya dan sangat sedikit yang mengatakan semua maksud sebenarnya,karena kata-kata mudah di putar balikkan dan pikiran bersifat pekat.’
Kita berbicara sekita 125 kata permenit tetapi dapat menyerap informasi empat sampai lima kali lipat dari itu. Oleh karena itu,pikiran cenderung berkelana kemana-mana. Pendengar yang baik menggunakan waktu ekstra ini untuk memikirkan apa yang sedang di ungkapkan oleh pembicara. Apa maksud mereka sebenarnya?kesimpulan apa yang sedang mereka kejar?ulangi dari awal apa yang anda anggap anda tidak sepakat dengan mengatakan : ‘jadi,kalau saya tidak salah yang sedang anda katakana adalah…’
Jika anda tidak mendengarkan dengan efektif,anda akan kehilangan informasi yang sangat penting. Anda juga akan kehilangan nuansa dan bahasa tubuh yang tersirat maupun kata-kata yang di ucapkan dengan jelas.
Ada 2 tipe ‘tidak mendengarkan’ yang kita derita,kurang lebih adalah :
1. Model menutup telinga. Perhatian menurun setelah beberapa menit dan dipengaruhi oleh factor-faktor seperti makan siang terlalu banyak atau sudah larut malam. Kita menyerap beberapa kata yang di utarakan dan sedikit memahaminya. Mungkin kita lebih memikirkan apa yang ingin kita utarakan daripada apa yang di katakana orang lain.
2. Mendengarkan melalui penyaring. Presumsi dan prasangka kita menyaring gagasan dan informasi baru. Kita mendengar apa yang ingin kita dengar dan menyunting sisanya. Kita menghadapi situasi yang kompleks,dengan menyederhanakannya kita mengabaikan apa yang di katakana yang tidak sesuai dengan harapan kita. Menangani pikiran kita yang tertutup atau mendengarkan dengan selektif tidaklah mudah tetapi teknik-teknik yang di gambarkan di bawah ini dapat membantu.

Mendengarkan aktif (cara mendengar yang baik)
Istilah ‘mendengarkan aktif’ menggambarkan proses pengulangan apa yang sudah di katakana seseorang kembaali kepada mereka,dengan kata-kata sendiri,untuk mengecek pemahaman,untuk menunjukan bahwa anda sudah mendengarkan,dan untuk menunjukan simpati.
1. Ajukan pertanyaan untuk menguji pemahaman. ‘jadi apakah maksudnya…?’ pertanyaan ini mengecek bahwa anda benar-benar memahami dan juga mengirimkan pesan positif yang sedang anda dengarkan. Frase-frase seperti,’ya,saya tahu’,tidak membantu anda dalam mendengarkan dan tidak melihat.
2. Ringkaslah apa yang orang lain katakana untuk mengecek pamahaman. Umpan balik apapun yang dapat anda berikan akan membuat diskusi tidak membosankan bagi anda,membantu anda untuk berkonsentrasi dan membantu anda menemukan situasi yang saling menguntungkan dan mengirimkan pesan positif kepada orang lain.
3. Ketika tiba giliran bagi anda untuk berbicara,selalu katakana seseuatu yang berhubungan dengan apa yang sudah di katakana orang lain. Tindakan ini menunjukan bahwa anda mendengarkan dan memikirkan apa yang orang lain sudah di katakan. Jika anda benar-benar tidak memperhatikan apa yang mereka katakana,anda akan menyalahkan mereka dan mendorong mereka untuk merespon secara agresif. Meskipun mereka membicarakan sesuatu yang tidak ada gunakan,tanggapilah pembicaraan mereka.
4. Berusahalah untuk melakukan kontak mata. Perhatian antara anda dan lawan bicar anda tidak akan berkurang jika anda dan mereka saling bertatapan mata. Anda dapat juga mengambil kata-kata kunci mengenai jalan pikiran mereka.
5. Cobalah untuk tidak menyela pembicaraan tetapi juga jangan membiarkan orang lain berbicara terlalu lama. Semakin lama satu pihak berbicara,semakin besar kemungkinan perhatian lawan bicara akan berkurang. Oleh karena itu,sering-seringlah mengajukan pertanyaan,meringkas,dan menanggapi pembicaraan mereka.




DAFTAR PUSTAKA
Finch,brian.30 minute..to negotiate a better deal (memenangkan negosiasi).jakarta.
Penerbit :PT elex media komputindo
Jln.palmerah selatan 22 jakarta 10270

Rabu, Oktober 21, 2009

coba

dian fatmalanegara.
test posting
cek beiby cek test